Di sebuah desa kecil, tinggal seorang anak bernama Lina yang sangat menyayangi kucing peliharaannya. Kucing itu bernama Si Putih, bulunya lembut seperti kapas, matanya bulat berwarna biru, dan ekornya panjang seperti sapu kecil. Setiap pagi, Lina selalu memberi Si Putih susu hangat dan mengajaknya bermain di halaman.
Suatu sore, setelah pulang sekolah, Lina mencari-cari Si Putih. Ia memanggil,
“Putih… Putih… ayo pulang!”
Tapi Si Putih tidak muncul. Lina berkeliling halaman, membuka pintu kandang, dan bahkan mencari di belakang rumah. Kosong.
Lina mulai panik. Ia berlari ke rumah tetangga. “Bu Sari, lihat Si Putih nggak?”
Bu Sari menggeleng sambil tersenyum. “Coba cari di kebun belakang, Nak. Mungkin dia lagi main.”
Dengan hati berdebar, Lina menuju kebun. Ia menelusuri semak-semak, mendengar suara dedaunan berdesir. Tapi bukan Si Putih yang muncul—melainkan seekor ayam yang terkejut melihat Lina.
Hari mulai gelap. Lina pulang dengan mata berkaca-kaca. “Ibu, Putih nggak ketemu…”
Ibunya mengelus kepala Lina. “Jangan khawatir. Kucing pintar pasti bisa pulang sendiri.”
Keesokan paginya, Lina terbangun karena mendengar suara “meoow…” pelan di depan pintu. Ia berlari dan… benar! Si Putih duduk di sana, bulunya agak kotor, tapi matanya tetap berbinar.
Lina memeluknya erat. “Putih! Ke mana saja kamu?”
Si Putih hanya mengeong pelan, seolah berkata, “Aku cuma jalan-jalan sebentar.”
Sejak hari itu, Lina selalu memastikan pintu halaman tertutup rapat. Ia juga menambahkan lonceng kecil di leher Si Putih, supaya ia bisa selalu mendengar jika kucing kesayangannya pergi bermain.
Dan Lina belajar satu hal penting: menyayangi berarti juga menjaga.
Informasi : Sahabat Mading dimanapun berada, sahabat bisa mengirimkan karya ke situs ini. Karya boleh berupa artikel, puisi, cerpen, cerbung ataupun curhatan lainnya. Untuk saat ini, Mading belum menyediakan reward untuk yang mengirimkan tulisan. Enjoy!
Baca cerpen lainnya. Klik disini
Yuk terbitin buku cerpenmu bersama kami. Klik disini