Langit biru kaku membentang,
tanpa awan, tanpa tangis hujan.
Pepohonan berdoa dalam diam,
daun-daunnya gugur, letih menanti harapan.
Sungai surut seperti ingatan lama,
mengalir lemah, nyaris tak bersuara.
Tanah merekah, haus tak bertepi,
mencari embun di antara pagi yang sepi.
Anak-anak berlari di ladang gersang,
tertawa meski kaki menginjak debu.
Mereka belum tahu arti kehilangan,
belum merasakan rindu pada peluk basah waktu.
Angin pun kini datang dengan malas,
membawa panas dan kabar kemarau panjang.
Tapi langit tetap diam,
seperti lupa bagaimana caranya menangis.
Dan kita pun menunggu,
di ambang pintu doa dan gelisah,
agar hujan kembali pulang —
membasuh bumi, menumbuhkan kisah.
Oleh : Melati Rindu Sentaji
(SMA Negeri 2 Sungai Penuh)
Informasi : Sahabat Mading dimanapun berada, teman-teman bisa mengirimkan karya ke situs ini. Karya boleh berupa artikel, puisi, cerpen, cerbung ataupun curhatan lainnya. Untuk saat ini, Mading belum menyediakan reward untuk yang mengirimkan tulisan. Enjoy!